wahyusuwarsi.com

ANGKRINGAN SEBAGAI TEMPAT NONGKRONG


Angkrongan sebagai tempat nongkrong
Angkringan


Di kota-kota besar di Jawa Tengah (Solo, Semarang) dan DIY saat ini banyak bertebaran warung angkringan atau biasa juga dikenal dengan warung hik (di Solo dan Klaten) atau warung kucingan. HIK yaitu singkatan dari Hidangan Istimewa Kampung atau ada juga yang menyebutnya Hidangan istimewa Klaten.

Tema 1W1P Gandjelrel kali ini adalah membahas tentang "angkringan." Kayaknya menarik sekali untuk diulas disini.

Angkringan berasal dari kata dasar angkring. Arti kata angkringan  menurut KBBI adalah:

1. Alat untuk memikul (pikulan).

2. Barang yang dipikul.

Sedangkan menurut Wikipedia, angkringan adalah sebuah gerobag dorong untuk menjual berbagai macam makanan dan minuman di pinggir jalan di Jawa Tengah, DIY dan Jatim.

Dalam bahasa Jawa, angkring artinya adalah alat dan tempat jualan makanan keliling. Itulah sebabnya kenapa dinamakan "angkringan."

Biasanya warung angkringan buka mulai sore hingga dini hari. Dahulu penerangan yang digunakan adalah teplok atau senthir. Namun, seiring berjalannya waktu penerangan yang digunakan sudah modern yaitu memakai lampu LED (neon). Sekarang sudah banyak angkringan yang didesain seperti cafe, sehingga pengunjung lebih nyaman.


Awal - mula - angkringan
(Foto dari Google)

Angkringan jaman dulu
(Foto dari Google)


Menurut Kompas.com, angkringan sudah ada sejak tahun 1930 an dan saat itu menjajakan makanan dengan dipikul. Ditemukan pertama kali oleh Eyang Karso Dikromo (atau biasa dipanggil JUKUT) yang berasal dari Desa Ngerangan Klaten. Saat beliau ke Solo bertemulah dengan mbah Wiryo,  yang kemudian mereka berjualan makanan terikan, pisang rebus, pisang goreng dan ubi di malam hari. Tak hanya itu saja, mereka pun menjual minuman berupa wedang jahe, kopi, teh dan minuman tradisional lainnya.

Tahun 1950 angkringan mulai menyebar di seluruh daerah Jateng dan DIY. Pada tahun 1970 angkringan mulai dijual dengan gerobak 2 roda atau disebut gerobak pikul. Nah, baru pada era 1980 an inilah angkringan dijual dengan gerobak dorong hingga sekarang ini.

Oiya, menu yang dijual di angkringan ini beraneka macam. Menu unik yang disukai adalah  menu nasi kucing.



Aneka menu di angkringan
(Foto dari Google)


 Mengapa disebut nasi kucing? Ya, karena ukurannya yang sangat kecil (mungkin hanya beberapa sendok nasi) dilengkapi dengan lauk yang ukurannya juga minim dan dibungkus daun pisang yang dilapisi koran. Namun saat ini sudah lebih modern, bungkusnya dari kertas yang biasa untuk catering.

Lauknya apa saja? Banyak macam lauk untuk menu nasi kucing, misalnya telur balado, orak arik pedo, cumi pedas, oseng tempe, sambal goreng ati, semuanya dalam porsi kecil. Nasi kucing ini dijual dengan harga Rp 2.500- Rp 3.000 per bungkus. Biasanya 1 orang makan lebih dari sebungkus (3 sampai 4 bungkus).  Untuk rasa juga tidak mengecewakan, tapi bagi saya porsinya terlalu minim (hehehe).

Selain menu nasi kucing, ada juga menu tambahan lain misalnya aneka jenis sate (sate usus, telur puyuh, ati ampela), tempe mendoan, tahu bacem, aneka gorengan dan minuman wedang jahe, teh, kopi, STMJ. Tentunya pembeli tidak hanya membeli nasi kucing, pastinya juga dengan ubo rampe nya sehingga harganya menjadi sedikit lebih mahal.

Di Semarang ada beberapa angkringan yang sudah didesain seperti cafe, namun juga masih banyak angkringan yang berjualan dengan gerobak atau tenda di pinggir jalan.

Angkringan Blendoek, letaknya di jalan Gajahmada. Angkringan ini didesain seperti cafe, dengan 2 lantai. Lantai bawah ada outdoor dan indoor, lantai atas didesain outdoor. Angkringan Blendoek terlihat meriah dengan banyaknya hiasan dan lampu-lampu, dan tak pernah sepi pengunjung. Menunya pun juga lengkap seperti menu angkringan pada umumnya. Pengunjung pun disuguhi live musik setiap hari. 


Angkringan Blendoek
(Foto dari Google)


Angkringan Pandawa, di daerah jalan Gajah Semarang bawah, juga selalu ramai pengunjung terutama remaja. Tempatnya yang luas dan nyaman, membuat pengunjung lebih betah nongkrong di sini.


Angkringan Pandawa
(Foto dari Google)


Angkringan Ing Teras menggunakan konsep angkringan di teras depan rumah. Letaknya di jalan Puspanjolo Banjirkanal. Disini pun selalu ramai pengunjung. Pada akhir minggu ada live musik. Menunya juga lengkap dan enak.


Angkringan Ing Teras
(Foto dari Google)


Angkringan Dotcom, adalah angkringan yang masih menggunakan konsep lama yaitu gerobak tenda di pinggir jalan. Angkringan ini ada di beberapa sudut kota. Salah satunya adalah di daerah Undip Tembalang. Saya pun sering beli nasi kucing di angkringan dotcom, karena rasanya tak kalah dengan angkringan yang lain. Bahkan menurut saya malah lebih enak.


Angkringan Dotcom
(Foto dari Google)


Nah temans, itulah sedikit ulasan saya tentang angkringan sebagai tema minggu ke 4 di challenge 1W1P Gandjelrel. Bagaimana, apakah kalian sudah pernah makan di angkringan? Tulis di kolom komentar ya. Matur nuwun.






 







Posting Komentar